Ayo Mondok!!!

       Pondok pesantren merupakan sebuah tempat belajar mengajar lebih tepatnya pendidikan yang sangat unik. Berbagai bidang keilmuan dan metode pembelajaran dijalankan. Mulai dari pendidikan ilmu agama Islam, sebagai ilmu pokok pembelajaran di suatu pondok pesantren, ilmu pengetahuan umum sebagai tambahan, hingga ilmu terapan / keterampilan yang siap dipraktekkan dalam kehidupan sosial masyarakat seperti berdakwah, kepemimpinan organisasi, penyelesaian solusi dalam banyak aspek kehidupan dan sebagainya. Metode pembelajaran pondok pun sangat menarik dan berbeda dengan kegiatan belajar mengajar di tempat lain. Beberapa diantaranya sangat istimewa hingga belum ada metode yang dapat menyainginya, yaitu metode pembelajaran sorogan dan setoran. Metode ini adalah cara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW saat mengajarkan rukun Islam pada para Sahabatnya.
       Diriwayatkan dari hadits Sahabat Umar RA yang panjang, dimana kala itu beliau sedang berkumpul bersama Nabi, kemudian datanglah seorang laki-laki yang tidak dikenal oleh para Sahabat yang hadir, dengan pakaian yang putih bersih, rapi, tidak terlihat adanya tanda seorang tersebut telah melakukan perjalanan jauh, dengan rambut yang sangat hitam, seketika duduk berhadapan dengan Nabi dengan bersila, menempelkan kedua lututnya pada kedua lutut Nabi, meletakkan kedua tangannya pada paha Nabi, dan mulai bertanya tentang rukun Islam. Hadits tersebut ditutup dengan penjelasan Nabi kepada Sahabat Umar, bahwa laki-laki yang datang adalah malaikat Jibril yang mengajarkan tentang rukun Islam dan tentang Ihsan.
       Metode belajar mengajar tersebut dilestarikan dijalankan di hampir semua pondok pesantren salaf dengan nama sorogan. Metode tersebut berupa kegiatan belajar mengajar (baca : mengaji) dimana seorang murid (santri) menghadap, bertatap muka secara pribadi langsung pada guru, kemudian diberi materi pengajian dengan dibacakan dan dijelaskan, untuk kemudian bacaan tersebut diikuti oleh si santri. Metode ini sangat efektif dalam belajar mengajar karena santri memperoleh ilmu langsung dari sumbernya secara personal, privasi, sehingga bisa lebih mendalam dan akan terjalin ikatan yang kuat dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang efektif, suasana penuh kekeluargaan dan keistimewaan lainnya menjadikan pondok selalu diminati oleh masyarakat Indonesia.
       Terlepas dari suasana dan sistem pembelajaran keilmuan di pondok, sejarah menunjukkan bahwa peranan pondok pesantren di Indonesia sangatlah penting dan sangat terasa bagi kelangsungan negara Indonesia. Para pejuang kemerdekaan Indonesia banyak sekali yang berasal dari kalangan santri. Yang paling jelas adalah peranan tokoh pondok pesantren dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, seperti K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi NU, K.H. Wachid Hasyim yang termasuk sebagai salah satu anggota panitia 9 yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, para pemrakarsa Pancasila dan UUD 1945 dan lain sebagainya. 
       Dalam perjalanannya, pondok pesantren tetap mempertahankan tradisi salaf (orang-orang terdahulu) namun juga dapat mengimbangi dan menerima hal-hal baru yang dapat menunjang kemajuan dan kebaikan di masa selanjutnya. Dengan tetap mengadakan sorogan serta setoran, pondok pesantren di beberapa wilayah di Indonesia juga menggunakan metode pembelajaran madrasah, sistem kelas, sistem kilatan serta sistem pembelajaran lain yang dulu belum ada. Penggunaan media dan fasilitas kegiatan belajar mengajar pun disesuaikan dengan kebutuhan dan fasilitas pada zaman sekarang. Di beberapa tempat masih terdapat beberapa pondok pesantren yang murni menggunakan metode dan fasilitas model salaf seperti memaknai kitab kuning dengan tinta yang dibuat sendiri dari tinta padat, menulis makna dengan pena yang dicelupkan pada tinta tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga tradisi dan mempertahankan nilai-nilai salaf suatu pondok pesantren. Di sebagian wilayah yang lain, telah digunakan media kitab cetakan baru, dengan pena yang instan, bahkan ada yang telah menggunakan media elektromik komputer dalam beberapa metode pembelajaran yang baru.
       Adalah At-Tauchid, nama sebuah pondok pesantren yang berlokasi di desa Jogomertan kecamatan Petanahan kabupaten Kebumen Jawa Tengah yang berdiri sekitar tahun 1970. Pengasuh pertama sekaligus pendirinya yaitu alMarhum alMaghfurlah K.H. Chabib Musthofa bin alMarhum alMaghfurlah K.H. Abdullah Umar. Beliau mendirikan pondok atas instruksi dari beberapa guru beliau, diantaranya alMaghfurlah K.H. Ma'shum Lasem, K.H. Khotib Curakates Jember. Perjalanan pendidikan pondok yang beliau dirikan mengadopsi beberapa metode dan kurikulum beberapa pondok tempat beliau mondok masa dulu. Diantara metode dan kurikulum yang beliau galakkan adalah kurikulum Nahwu Shorof dari Jurumiyah lafadzh ma'na,murodan, i'rob matan Jurumiyah,lafadzh ma'na 'imrithi,'iziy, maqsud, dan Alfiyah ibn Malik. Kurikulum ini diadopsi dari guru beliau alMaghfurlah K.H. Durmuji Ibrahim bin K.H Ibrahim Nurruddin pengasuh ponpes Miftahul Ulum Lirap Petanahan Kebumen. Kurikulum ponpes Miftahul Ulum yang lebih terkenal dengan nama pondok Lirap sudah sangat masyhur di pelosok nusantara, dan ponpes At-Tauchid menggunakan kurikulum tersebut sejak awal berdirinya dan hingga sekarang. Kurikulum yang lain adalah sorogan kitab fiqh dari safinatun_najaa, sulaamul_munaajah, qothrul_ghoits, durorul_bahiyyah,tiijanud_durori hingga fatchul_qoriib.
       Selain metode sorogan setoran dengan kurikulum Lirap, alMarhum K.H. Chabib Musthofa juga menerapkan metode madrasah dengan membagi kelas sesuai dengan tingkatan pembelajaran santri yang mengadopsi dari metode pondok Darul Hikam, Bendo Pare Kediri. Metode bandungan juga beliau jalankan yakni dengan metode pembacaan kitab pada kumpulan santri untuk kemudian santri menuliskan makna kitab tersebut pada kitab masing-masing. Kitab bandungan harian beliau semasa hidup adalah kitab Ihya 'Ulumiddin karya Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad AlGhazali. Pada setiap kesempatan bulan Ramadhan, beliau membaca kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim secara bergantian pada Ramadhan berikutnya. Pembacaan kitab tersebut biasanya dimulai pada tanggal 15 Sya'ban dan khatam 4 jilid Shahih Bukhari atau 2 jilid Shahih Muslim pada sekitaran tanggal 20 Ramadhan.
       Kurikulum dari alMarhum K.H. Chabib Musthofa masih dipertahankan hingga sekarang ketika ponpes At-Tauchid diasuh oleh putra sulung Beliau K.H. Misbachul Munir beserta adik-adik beliau. Selain itu beliau juga menambahkan beberapa kurikulum dari ayah mertua beliau alMaghfurlah Syekh Mahmud pengasuh ponpes Darul Ulum Cirebon yang menjadikan kurikulum ponpes menjadi semakin lengkap. Dalam perjalanan kepengasuhan beliau, keikutsertaan adik-adik beliau dalam membantu mengajar juga menambah kelengkapan kurikulum dan metode pendidikan.
       Pada tahun 2016 ini, lebih tepatnya pada tahun pembelajaran 1436/1437 H yang diawali bulan Syawal tahun 1436 H, ponpes At-Tauchid telah mengkhatamkan beberapa kurikulum setoran Nahwu, dan akan mengadakan haflah tasyakkur lil ikhtitaam. Acara akan dilaksanakan pada hari Sabtu 23 Juli 2016 / 18 Syawal 1437 H pukul 20.00 WIB dan hari Ahad, 24 Juli 2016 / 19 Syawal 1437 H pukul 08.00 WIB. Acara malam Ahad adalah khotmil Quran dan Al Jurumiyah, sedangkan acara Ahad pagi adalah khotmil kutub 'imrithi hingga Alfiyah. Pada siang hari setelah dzhuhr akan dilaksanakan juga pawai ta'aruf sebagai syiar tasyakkur. 
       Pada saat ini ponpes sedang mempersiapkan acara tersebut di atas, namun kesibukan tersebut tidak mengundurkan agenda tahun pembelajaran 1437/1438 H yang artinya pengurus ponpes tetap membuka penerimaan pendaftaran santri baru. Kurikulum tahun tersebut masih sama dengan apa yang telah dipaparkan di artikel ini, dengan beberapa tambahan agenda kegiatan yang akan dijalankan secara kondisional. Bagi yang membutuhkan informasi lebih lanjut dapat mengajukan komentar pada bagian bawah  artikel ini untuk kemudian ditangapi oleh pihak ponpes. Mohon doa dari pembaca, semoga acara yang diadakan oleh ponpes akan berjalan lancar, membawa berkah dan senantiasa diridhoi oleh Alloh SWT. Aamiin.
Previous
Next Post »
0 Komentar