Dzikrul Anfas


       Dalam praktik dzikr thoriqoh, selain dilakukan dalam bentuk beberapa bacaan lisan, terdapat pula dzikr sanubari yang terletak dalam beberapa tempat yang dinamakan lathifah. Hal ini dimaksudkan untuk memperluas wilayah dzikr/ anggota tubuh yang berdzikr. Hal yang lebih penting dari adanya dzikr lathifah tersebut yaitu bahwa dzikr yang berarti mengingat tidaklah dilakukan dengan lisan melainkan dengan subjek bathin yaitu sanubari manusia. Meski kata dzikr juga dapat berarti menyebut yang dilakukan oleh indera pengucapan, namun konsep dzikr yang sesungguhnya lebih kepada aspek bathin seorang yang berdzikr.

       Salah satu praktik lain dzkir dalam thoriqoh Qodiriyah Wan Naqsyabandiyah adalah praktik dzikrul anfas, yang berarti berdzikr dalam setiap nafas manusia. Nafas menjadi hal yang sangat mendasar bagi ciri kehidupan seorang manusia. Dari hal tersebut, sangat penting melakukan dzikrul anfas sebagai bentuk dzikr dari hal yang pokok dalam kehidupannya. Nafas menjadi bagian yang berjalan menyeluruh dalam anggota badan manusia. Ketika nafas tersebut disertai dzikr, maka dzikr tersebut akan turut serta menyusuri seluruh anggota tubuh manusia bersama dengan nafas yang masuk ke dalam darah.

       Dzikr ini sebagai penunjang dzikr lathaif yang berfokus pada aliran darah. Sehingga apabila dilakukan bersamaan, darah yang disertai dzikr akan membawa nafas yang juga disertai dzikr. Dengan kedua dzikr tersebut, tubuh manusia akan dipenuhi oleh dzikr. Hal ini akan menjadi nutrisi yang sangat baik bagi fisik dan mental seseorang. Secara fisik, pernafasan yang benar akan menjadikan peredaran darah yang lancar dan baik bagi kesehatan. Darah yang berisi dzikr juga akan berjalan lancar karena dzikr pada aliran darah akan meningkatkan suhu darah sehingga tidak beku dan menggumpal.

       Praktik dzikrul anfas tidak dengan ucapan lisan melainkan ucapan hati. Ketika menarik nafas, hati mengucapkan kata "Hu" dan ketika keluar mengucapkan "Alloh". Praktik dzikr ini dapat dilakukan dan dianjurkan dalam setiap tarikan dan hembusan nafas dalam kondisi apapun. Dzikr ini tidak terbatasi oleh waktu tertentu. Setiap kali bernafas dalam kondisi sadar, dzikr ini hendaknya senantiasa dilakukan. Dzikr ini dapat dilakukan dalam semua aktivitas sehari-hari. Dalam posisi berdiri, duduk, tiduran, berjalan dan sebagainya.

       Dalam sebuah terapi kesehatan, seorang terapis mengatakan kepada pasien yang mengalami sakit perut agar ketika tiduran dengan posisi telentang, mengganjal bagian pinggangnya supaya agak tinggi, melakukan terpi pernafasan dengan praktik dzikrul anfas, menyalurkan dan memusatkan nafas pada area perut selama 15 -20 menit. Dalam 2x praktik sendiri, hasil diperoleh sangat baik. Gangguan pada pencernaannya sudah hilang dan sudah normal seperti semula.

       Beberapa golongan kaum yang menganggap hal ini sebagai sebuah perilaku sesat, sebenarnya hal ini merupakan hal yang belum dipahami sepenuhnya oleh mereka. Konsep ini sebenarnya telah diajarkan dan dianjurkan oleh Nabi, namun jarang dikemukakan karena materi ini tidak boleh dilakukan atas pemahaman pribadi melainkan harus melalui seorang guru yang telah mendapatkan hak untuk mengajarkan materi tersebut yakni seorang mursyid thoriqoh. Apabila pembaca hendak mengamalkan dzikr ini, hendaknya meminta izin seorang guru mursyid.

"Pertanggungjawaban perilaku kehidupan bukan hanya pada anggota tubuh seperti tangan, kaki, panca indera, namun juga pada nafas yang dipinjamkan kepada kita. Untuk apa nafas itu?"


Previous
Next Post »
0 Komentar