Ruwatan Surah Al Kahfi


       Ruwatan, suatu tradisi masyarakat Indonesia terutama orang Jawa yang sudah sangat lama turun temurun. Biasanya dilakukan pada beberapa kondisi menyangkut jumlah anak yang memiliki istilah khusus. Misalnya memiliki seorang anak saja, atau dua anak laki-laki semua, perempuan semua, 3 anak dengan perempuan di tengah, atau laki-laki di tengah, 4 anak perempuan semua atau laki-laki semua, 5 anak laki-laki atau perempuan semua. Dalam tradisi Jawa tersebut, ruwatan dimaksudkan untuk menghindarkan anak dari incara Bathara Kala yaitu sosok raksasa yang akan memangsa anak manusia. Raksasa ini pula yang menelan bulan/matahari sehingga terjadi gerhana menurut kepercayaan mereka. Adanya ruwatan dimaksudkan agar Bathara Kala teralihkan dan tidak memakan anak-anak mereka.

       Dalam kesempatan hari ini, 18 Agustus 2016, secara kebetulan ada tetangga ponpes At-Tauchid yang meminta bantuan kepada pengasuh ponpes, beliau K.H. Misbahul Munir untuk menjalankan ruwatan. Beliau hanya membawa serta 6 santri pondok untuk melakukan ruwatan tersebut. Sebelum dimulai, beliau menjelaskan tentang beberapa perihal ruwatan. Ruwatan kali ini, beliau jelaskan adalah bentuk doa mohon keselamatan. Ruwatan orang dulu mengatakan tentang Bathara Kala. Sebenarnya dalam doa ruwatan kita mohon perlindungan agar dilindungi seperti para Ashchabul Kahfi yang dilindungi oleh Alloh dalam tidur mereka selama lebih dari 300 tahun.

       Media doa dalam ruwatan kali ini menggunakan bacaan salah satu surat dalam Alquran yaitu surat Al Kahfi. Sosok Bathara Kala dalam surat Al Kahfi adalah sosok Ya'juj Ma'juj yang merupakan keturunan dari salah satu putra Nabi Nuh AS yang bernama Yafas. Dalam hal ini, kita mohon agar kita dijaga dan diselamatkan dari perilaku Ya'juj Ma'juj yang merusak bumi dan kehidupan manusia. Dengan bacaan surat Al Kahfi tersebut diharapkan kita dapat mengambil hikmah tentang isi surat tersebut, berhati-hati dalam berperilaku. Sebenarnya praktik ini seperti halnya praktik ruqyah pada masa Nabi atau beberapa ahli ruqyah Islami pada masa sekarang. Adanya tradisi ruwatan yang diyakini oleh masyarakat, masih dapat dijalankan namun dengan praktik sesuai dengan ajaran Nabi.

       Selain bacaan Surat Al Kahfi, dilanjutkan bacaan tahlil dengan beberapa surat Alquran sebelumnya seperti Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas, Ayat Kursi, masing-masing 7x. Adanya media air di tengah kumpulan tersebut dimaksudkan sebagai pemanfaatan doa dalam media lain. Air yang dibacakan doa padanya akan memiliki beberapa energi sesuai dengan perubahan molekul kristal air tersebut. Air yang telah dibacakan doa tersebut kemudian sebagian disiramkan mengelilingi rumah dengan sambil membaca sholawat. Sebagian lagi digunakan untuk mandi bagi yang diruwat. Hal ini bukan merupakan praktik bid'ah, karena beberapa ruqyah pada masa Nabi Muhammad SAW pun hal ini dijalankan. Hingga kini, beberapa tenaga ahli ruqyah Islami pun masih menjalankan metode ini untuk meruqyah seseorang atau meruqyah suatu gedung/rumah. Hany dalam praktiknya menggunakan bacaan surat Alquran yang berbeda. Hal ini dikarenakan beberapa riwayat yang menjelaskan beberapa bacaan untuk ruqyah.

       Hendaknya dalam menilai beberapa perilaku tradisi masyarakat kita harus jeli dan hati-hati sebelum mengatakan hal itu sebagai sebuah bid'ah penyimpangan apalagi menghukumi kafir pada mereka. Wallohu a'lamu bish_shawab.



Previous
Next Post »
0 Komentar