SIAP DENGAN YANG GUNDUL???


       Telah diketahui secara umum bahwa pendidikan keilmuan agama Islam di pondok pesantren dominan menggunakan media kitab kuning sebagai rujukan pokoknya. Hal yang menjadi khas dari kitab kuning adalah penulisannya dengan huruf dan bahasa Arab  yang tidak berharakat, tanpa ada sandangan pada huruf-hurufnya. Bagi seseorang yang belum mengikuti pembelajaran kitab kuning mungkin akan merasa takut atau bingung terlebih dulu ketika membuka dan melihat tulisan yang ada pada kitab tersebut. Dengan tulisan yang tanpa harokat tersebut terkesan seperti corat-coret tanpa arti.
       Fenomena gundul nya kitab kuning dari harokat dan atribut sandangan lainnya bukan tanpa maksud dan tujuan. Pada awal periode pembuatannya, masih dekat dengan awal periode pembukuan Alquran yang memiliki harakat dan sandangan huruf. Pembukuan Alquran sebelumnya pada masa sahabat Utsman Radhiyallohu 'Anhu masih tanpa harokat. Pencetus tanda baca harokat pertama adalah Abu Aswad Ad_duali pada kisaran tahun 45-53 H. Harokat tersebut awalnya berupa titik dengan warna tinta yang berbeda dari tinta huruf alquran. Pada masa dinasti Abbasiyah, bentuk harokat tersebut disempurnakan oleh Kholil bin Ahmad Al Bashry dengan bentuk harokat seperti ditemui sekarang. Penambahan titik pada huruf seperti ba,ta,tsa,dzal,za, dan sebagainya dicetuskan oleh Nashr bin 'Ashim pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan. 
       Salah satu alasan gundulnya kitab kuning adalah untuk membedakan kitab tersebut dari kitab suci Alquran. Selain itu, pembelajaran kitab kuning dimaksudkan dengan beberapa tahapan dan metode, sehingga untuk memahami kitab kuning tanpa harakat santri harus mempelajari beberapa tahapan pembelajaran seperti pembelajaran tata bahasa Arab menggunakan rujukan mulai kitab Al Jurumiyah (karya Syekh Muhammad As Sonhaji) ,kitab Al 'Imrithi (karya Syekh Syarifuddin Yahya) , kitab Alfiyah (karya Syekh Muhammad Jamaludin bin Malik) dan lain sebagainya. Ketidakadaan sandangan pada kitab kuning juga sebagai ruang bagi para ahli tata bahasa untuk membaca kitab tersebut sesuai keinginan dan pemahaman tata bahasa yang dimilikinya. 
       Selain  gundul, ciri khas kitab kuning yang lain adalah tampilan lay out yang sederhana dan terkesan monoton. Beberapa kitab kuning memiliki teks yang diletakkan di luar garis margin yang merupakan teks asli kitab yang kemudian ditanggapi dengan teks yang berada pada bagian tengah kertas yang berfungsi sebagai syarh (penjelasan/pemaparan). Syarh  tersebut dapat berupa karya penulis yang sama dengan kitab tersebut atau tanggapan,komentar ulama lain yang meneliti kitab tersebut. Keunikan lain kitab kuning adalah pencetakan kitab kuning yang tidak dijilid, berupa kumpulan beberapa halaman kertas yang diistilahkan dengan korasan. Dengan bentuk korasan tersebut, santri cukup membawa beberapa koras halaman saja dari kitab yang tebal ketika akan mengaji.
       Dalam perkembangan masa sekarang, pembukuan kitab kuning sudah banyak yang menggunakan media kertas berwarna putih. Beberapa desain layout kitab juga sudah tidak monoton lagi. Beberapa ada yang menampilkan foto dan gambar Islami pada cover depan ditambah dengan penjilidan yang menambah kesan rapi kitab tersebut. Meski kertas sudah berganti dari kuning menjadi putih, istilah kitab kuning tetap melekat pada tampilan baru kitab tersebut. Yang masih tetap dipertahankan dari edisi klasik kuning dan edisi kini yang putih adalah kegundulan kitab tersebut. Beberapa harakat yang ditambahkan pada beberapa edisi sekarang sementara dikhususkan untuk menunjukkan bahwa yang berharakat adalah bagian atau ayat dari Alquran.


       Perkembangan media kitab kuning tidak berhenti pada penggantian jenis dan warna kertas menjadi putih, bahkan kini kitab salaf tersebut sudah tersedia dalam bentuk buku elektronik (e-book). Kitab kuning versi elektronik sangat mudah dijumpai di banyak situs internet. Download kitab versi ini sangat murah bahkan gratis di beberapa situs penyedianya. Cukup dengan mendownload sebuah aplikasi untuk mencari file kitab, kemudian mendownload kitab yang diinginkan dan dibaca melalui aplikasi tersebut. Aplikasi download kitab versi elektronik dapat memuat hingga ribuan kitab, tinggal tergantung kapasitas memori penyimpanan dan RAM dari gadget yang dimiliki. Hal yang harus diwaspadai adalah keaslian kitab yang diunduh. Jangan sampai mendownload kitab yang tidak bisa dipertanggungjawabkan isinya. Karenanya, harus diteliti terlebih dahulu situs yang akan menjadi tempat mendownload aplikasi tersebut. Yang menarik, dalam versi elektronik, ternyata kitab kuning juga masih tetap gundul.
 
       Menanggapi masalah istilah kitab kuning, KH Maimoen Zubair,  pengasuh Pesantren Al Anwar dan juga mudir ‘Am majalah At Turast (majalah pegon di Yogyakarta) mempunyai pemikiran yang cemerlang. Menurutnya, kuning yang ada dalam istilah kitab kuning itu diambil dari kata Arab “ashfar” yang mempunyai arti kosong. Jadi, kalau seseorang ingin menjadi kiai atau ulama yang alim dalam masalah agama, dia harus bisa membaca kitab dengan kosong, tanpa memakai makna gandul (makna pegon ditulis miring) dan harakat (22/09/2012).

Siap dengan yang gundul??? 

Previous
Next Post »
0 Komentar