Ketika Maghrib Datang

Mengaji dengan Menulis

          "Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar sesudah dewasa laksana menulis di atas air." Kalimat tersebut tentunya tidak asing lagi bagi banyak masyarakat, karena kalimat tersebut merupakan lirik lagu grup Nasidaria yang pernah booming di masa yang telah lewat. Sebuah lirik yang tentunya sangat memotivasi bagi dunia pendidikan baik orang tua maupun tenaga pendidik. Bagaimana tidak? Pendidikan memang harus diusahakan sedini mungkin, agar dapat segera menjalaninya dalam waktu selanjutnya.

          Ungkapan lain tentang belajar yang mengatakan "tidak ada kata terlambat dalam belajar" juga hal yang benar, namun dengan waktu yang sudah terlewati dan tuntunan masa yang akan dihadapi, maka hasil yang diperoleh tidak akan dapat maksimal dibandingkan dengan memulai pendidikan sedini mungkin. Apalagi untuk ilmu agama dimana seorang manusia harus dapat mulai mengamalkannya ketika dia masuk usia baaligh.

          Pada masa sekarang, para orang tua mulai menyadari pentingnya mengajarkan ilmu agama kepada anak sedini mungkin sebagai benteng terhadap perilaku menyimpang yang kian marak di banyak tempat. Ketika anak mulai masuk usia 4 atau 5 tahun, orang tua kemudian memasukkan mereka ke sekolah anak usia dini, dan mereka memilih sekolah yang berbasis pendidikan agama atau berbasis Alquran. Ketika tamat, anak diarahkan ke pendidikan dasar yang juga berbasis agama Islam, seperti MI atau SDIT. Demikian berkelanjutan dengan pendidikan selanjutnya.

          Selain pendidikan formal sekolah, di sore hari, anak dimasukkan ke lembaga pendidikan Alquran yang sekarang sangat ramai di banyak pelosok negeri. Berbagai metode bacaan dan materi pendidikan Alquran hingga kitab kini berkembang dengan pesat. Beberapa tempat mengaji seperti musholla dan masjid hingga pondok pesantren nampak sepi dari santri yang biasanya mengaji di masa sebelumnya. Menurut penuturan beberapa pengasuh, metode pendidikan sore hari mengindikasi santri untuk merasa cukup. Ketika penulis menanyai beberapa santri lembaga pendidikan Alquran tentang mengaji di Masjid atau musholla, sebagian besar mereka menjawab bahwa mereka kan sudah mengaji sore.

          Sedikit ada pergeseran nilai tentang nilai sebuah tempat ibadah seperti musholla dan masjid bagi mereka. Alangkah baik bila materi pendidikan dalam sebuah lembaga pendidikan Alquran juga mengarahkan santri untuk mau, aktif dalam "meramaikan" masjid, dalam arti menjadikan masjid penuh dengan aktivitas peribadahan.

          Di antara beberapa anak yang berangkat ke masjid ponpes At-Tauchid ketika menjelang maghrib kemudian sholat berjamaah dan dilanjutkan dengan mengaji adalah beberapa santri berikut. Mereka tidak mengikuti pendidikan Alquran sore hari di sebuah lembaga pendidikan. Dalam 3 tahun ini, mereka berempat selain mengikuti pembelajaran baca tulis Alquran dan Fasholatan telah mengkhatamkan penulisan kitab 'Aqiidatul 'Awaam, Kitab Tajwid, dan Safinah Syi'ir Jawa Kifaayatul Ghulaam karya Syekh Mahmud Cirebon. Dalam kelas yang berbeda, terdapat beberapa santri dengan materi yang berbeda dari santri tersebut.



          Metode menulis tetap diajarkan karena banyak dari santri yang mahir dalam membaca namun tidak dapat menulis. Diharapkan dengan menulis, materi juga akan lebih mendalam bagi santri, karena semakin banyak angggota tubuh yang melakukan kegiatan yang terfokus pada satu materi.

          Ada satu aturan yang dilakukan oleh guru kelas santri tersebut yang cukup menarik adalah larangan bagi santri dan orang tua santri untuk menonton tv ketika waktu maghrib hingga waktu 'isya. Hal ini menjadi bentuk pendidikan bagi santri sekaligus orang tua untuk saling mengisi waktu tersebut dengan hal yang positif. Ketika santri libur pada malam Jumat, tentunya dapat bertadarus bersama keluarganya di rumah, berkumpul bersama meluangkan waktu kebersamaan. Orang tua juga termotivasi untuk turut serta memperhatikan perkembangan anak dengan memberi contoh tidak menontn tv di waktu tersebut.

          Waktu maghrib hingga 'isya merupakan waktu yang sangat baik untuk berdoa, bermunajat, belajar. Waktu yang sangat singkat namun sangat vital. Bagi banyak orang waktu tersebut dimanfaatkan untuk hal sia-sia menonton tv. Ketika waktu telah masuk 'Isya, maka kebersamaan keluarga akan susah untuk diusahakan. Waktu seolah berjalan sangat cepat ketika sudah 'Isya. Secara psikologi, otak terangsang untuk istirahat ketika sudah masuk 'isya dan malas untuk berpikir atau beraktivitas.

          Bagi banyak orang tua, aturan tidak menonton tv ketika waktu maghrib hingga 'isya sangat perlu untuk dijalankan bagi semua anggota keluarga, bahkan meskipun anak sedang tidak di rumah. Isilah waktu tersebut dengan kegiatan peribadahan, atau hal positif lainnya. Waktu yang sangat sebentar, namun akan sangat nampak efek positif atau negatif kegiatan yang mengisinya. Silakan buktikan..!!


"No Watching TV at Maghrib to 'Isya"


Previous
Next Post »
0 Komentar