Mengapa Anak Yatim???

          Seorang anak yang tidak memiliki ayah karena meninggal dunia yang belum mencapai status baaligh baik laki-laki maupun perempuan, demikian definisi umum seorang anak yatim. Status mereka kadang menjadi sebuah bahan ejekan bagi beberapa orang. Banyak yang tidak memahami bahwa menghardik mereka merupakan ciri seorang pendusta agama, dalam arti dia mendustakan nilai agama yang sangat ditekankan. Hal ini menjadi dosa besar bagi pelakunya. Apabila orang tersebut mengingkari nilai tersebut, yang berarti mengingkari salah satu bagian Alquran, maka dia telah menjadi kafir. Na'uudzubillahi min dzaalika.

          Di bulan Muharram, terutama di tanggal 10 bulan tersebut, ada salah satu amalan yang sangat dianjurkan yaitu mengusap kepala anak yatim. Maksudnya adalah menyantuni, memberikan perhatian, menyayangi mereka.Usapan tangan ke kepala dimaksudkan untuk berbagi kebahagiaan dan kasih sayang, bukan sekedar perilaku mengusap kepala. 

          Dalam sebuah pengalaman, penulis mendapati sebuah keluarga yang sederhana, masih nampak banyak kekurangan dalam perekonomian mereka, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam setiap kesempatan, keluarga tersebut senantiasa menyisihkan rizqi yang mereka peroleh, berapa pun nilainya untuk dikumpulkan dalam sebuah wadah dari kaleng bekas sebuah produk makanan. Ketika mencapai sebuah nilai yang dirasa dapat bermanfaat, maka keluarga tersebut akan mendatangi sebuah rumah seorang janda dengan anak yatim di dalamnya dan memberikan "tabungan" mereka selama beberapa waktu.

          Ada beberapa hal yang penulis tanyakan pada keluarga tersebut, yaitu mengapa anak yatim dan mengapa mereka repot-repot mendatangi keluarga tersebut. Hal yang sangat sederhana menjadi alasan dan jawaban mereka. Beberapa poin tersebut adalah :

  • Bila memberikan kepada seorang anak kecil, maka kita akan mudah untuk berpikir ikhlas, tidak mengarapkan balasan. Sebuah hal yang memalukan bila mengharapkan balasan dari seorang anak kecil yang dalam hal ini tidak memiliki seorang ayah.
  • Ketika kita mau bertandang ke rumah mereka, kita akan tahu lebih jauh tentang kehidupan mereka, dan dapat mengambil hikmah dari mereka.
  • Pemberian semacam itu adalah sebuah hutang, karena di dalam harta setiap orang yang mampu, terdapat hak orang-orang yang membutuhkan. Kita datang dalam rangka membayar hutang, jangan sampai mereka datang menagih kepada kita, sangat memalukan.
  • Akan lebih privasi ketika kita mendatangi mereka. Sebuah hal yang menyakitkan apabila seorang anak yatim dipanggil melalui pengeras suara di sebuah forum untuk menerima santunan. Bagi sang anak, mungkin akan berbahagia karena menerima pemberian, namun bagaimana hati sang Ibu yang diingatkan statusnya sebagai seorang janda melalui pengeras suara? berurai air mata mengingat kenangan dengan almarhum suaminya.
  • Seorang yatim dalam status lahiriah tidak berayah, namun dalam hakikatnya, ayah mereka adalah Nabi Muhammad SAW. Bagaimana tidak? Salah satu nama beliau adalah Abul yataamaa (ayah para yatim). Semoga sikap kami dapat diterima oleh ayah para yatim.

Semoga kita dapat mengikuti langkah keluarga tersebut dan diterima masuk dalam golongan umat Nabi Muhammad SAW.

"Allohumma sholli 'alaa sayyidinaa Muchammadin wa Aalihi wa Ashchaabihi ajma'iin."


Previous
Next Post »
0 Komentar