Pendusta Agama

          Judulnya mengerikan? Padahal isinya sangat sepele, dan sangat banyak ditemui. Salah satu hal untuk menjadi seorang pendusta agama Islam ternyata bukan hal yang fenomenal. Namun hal tersebut sudah menjadi fenomena dalam banyak kejadian di masyarakat. Tulisan postingan kali ini adalah sebuah materi yang lumayan jarang diekspos dalam banyak pengajian pendidikan agama Islam.

          Pendusta agama dalam hal ini bukan orang yang tidak mengakui agama secara eksplisit, bukan pula yang menentang agama secara terang-terangan. Pelaku ini bahkan kadang merupakan orang yang dalam banyak perilaku keagamaan merupakan orang yang disiplin dan aktif. Yang dimaksudkan adalah perilaku seseorang yang mendustakan nilai yang diajarkan dalam agama Islam.

         Ayat yang menunjukkan kriteria pendusta salah satunya terdapat pada Surat Al Maa'uun ayat 2 :

" Maka orang yang mendustakan agama adalah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin". 

Betapa sepele untuk menjadi seorang pendusta agama, cukup dengan menghardik (tidak memperhatikan nasib) anak yatim dan fakir miskin. Istilah menghardik mungkin akan jarang ditemui, namun perilaku lain yang memiliki nilai yang setara sangatlah banyak. Dalam kesempatan kali ini, penulis artikan menghardik dengan "tidak memperhatikan nasib". Orang-orang yang tidak mau memperhatikan, yang mengacuhkan nasib anak yatim dan fakir miskin, secara tidak langsung melakukan perilaku kasar "menghardik" dalam "ketidakperhatian"mereka.

          Perhatian tidak harus dalam bentuk materi harta yang banyak, menanggung pembiayaan hidup, dan hal-hal besar lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi hal positif apapun meski dalam bentuk sederhana, terlihat sepele. Luangkan waktu sedikit, kalau ada rizqi berbagi, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. Ketika merasa berat (malu) untuk berbagi hal yang kecil, bisa jadi itu adalah indikasi riya (pamer) atau bahkan sifat sombong.


Previous
Next Post »
0 Komentar